Miliarder asal India, Gautam Adani, tersandung kasus baru. Bahkan, pria berusia 62 tahun tersebut didakwa di pengadilan Amerika Serikat (AS).
Ini terkait pembayaran suap ratusan juta dolar oleh perusahannya Adani Green Energy. Ia juga menyembunyikan pembayaran tersebut dari investor.
Bagaimana Kronologinya?
Mengutip AFP, ini berawal dari persetujuan yang diberikan Adani untuk membayar lebih dari US$250 juta (sekitar Rp 3,9 triliun) dalam bentuk suap kepada pejabat India. Kesepakatan tersebut diproyeksikan menghasilkan lebih dari US$2 miliar laba setelah pajak, selama sekitar 20 tahun.
Suap ditawarkan kepada pejabat India untuk “memotivasi” perusahaan distribusi listrik milik negara untuk membeli tenaga surya perusahaan Adani. Namun pembelian di atas harga pasar yang wajar.
“Dakwaan ini menuduh adanya skema untuk membayar suap lebih dari U$250 juta kepada pejabat pemerintah India,” kata Wakil Asisten Jaksa Agung Lisa Miller, dikutip Jumat (22/11/2024).
“…berbohong kepada investor dan bank untuk mengumpulkan miliaran dolar, dan menghalangi keadilan,” tambahnya.
Merujuk penyelidikan FBI, James Dennehy, Adani dan tujuh eksekutif bisnis lainnya diduga menyuap pemerintah India untuk membiayai kontrak yang dirancang untuk menguntungkan bisnis mereka. Sementara sejumlah terdakwa lainnya diduga berusaha menyembunyikan konspirasi penyuapan dengan menghalangi penyelidikan pemerintah.
Dakwaan tersebut juga menguraikan serangkaian bukti yang ditinggalkan Adani dan para eksekutifnya. Mulai dari slide presentasi dan spreadsheet.
Satu dokumen diduga mengungkapkan US$7 juta yang dibayarkan untuk mengamankan perjanjian pembelian listrik 650 megawatt dan US $76 juta sebagai suap untuk kontrak 2,3 gigawatt. Jaksa juga telah berhasil memperoleh surat perintah penangkapan untuk miliarder tersebut dari pengadilan federal.
Alasan Mengapa Pihak Berwenang AS Terlibat
Meski Adani berada di India, tapi investornya ada yang beraal dari AS. Ini menjadi alasan AS terlibat.
Ia dikatakan telah menyesatkan investor AS dan internasional. Ini saat ia mengumpulkan lebih dari US$3 miliar, modal untuk mendanai kontrak energi tersebut.
“Seperti yang dituduhkan, para terdakwa mengatur skema rumit untuk menyuap pejabat pemerintah India guna mengamankan kontrak senilai miliaran dolar dan Gautam S. Adani, Sagar R. Adani, dan Vneet S. Jaain berbohong tentang skema penyuapan tersebut saat mereka berupaya mengumpulkan modal dari investor AS dan internasional,” kata jaksa AS untuk distrik timur New York, Breon Peace.
Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) juga ikut campur. Badan itu menyebut tindakan Adani dan dua orang lainnya sebagai “skema penyuapan besar-besaran”.
“Selama dugaan skema tersebut, Adani Green mengumpulkan lebih dari us$175 juta dari investor AS, dan saham Azure Power diperdagangkan di Bursa Efek New York,” kata SEC dalam sebuah pernyataan yang membenarkan yurisdiksi dan penyebabnya dalam penyelidikan tersebut.
Respons Adani
Seorang juru bicara Adani Group mengatakan tuduhan yang dibuat AS “tidak berdasar”. Ia dengan tegas membantah semua tuduhan itu.
“Adani Group selalu menjunjung tinggi dan berkomitmen teguh untuk mempertahankan standar tata kelola, transparansi, dan kepatuhan peraturan tertinggi di semua yurisdiksi operasinya,” kata juru bicara tersebut kepada para investor.
“Kami meyakinkan para pemangku kepentingan, mitra, dan karyawan kami bahwa kami adalah organisasi yang taat hukum, sepenuhnya mematuhi semua hukum,” tambahnya.
Pengaruhnya ke Perusahaan
Penurunan harga saham yang tajam terjadi di induk perusahaan Adani Enterprises. Perusahaan itu kehilangan hampir seperempat dari nilai pasarnya, ada juga konsekuensi yang lebih luas.
Investor obligasi Adani mengalami penurunan harga yang tajam setelah berita dakwaan tersebut muncul. Ada juga kekhawatiran tentang apakah perusahaan Adani akan dapat meningkatkan utang di masa mendatang di pasar AS.
“Dakwaan terhadap ketua Adani Group dan pejabat senior lainnya atas tuduhan penyuapan berdampak negatif terhadap kredit perusahaan-perusahaan grup tersebut,” kata lembaga pemeringkat kredit, Moody’s.
“Fokus utama kami saat menilai Adani Group adalah pada kemampuan perusahaan-perusahaan grup tersebut untuk mengakses modal guna memenuhi persyaratan likuiditas mereka dan pada praktik tata kelolanya,” tambahnya.
Adani Group juga dipaksa untuk menarik rencana penjualan obligasi senilai US$600 juta pada Kamis. Bahkan para pendukung setia Adani juga tampaknya mempertimbangkan kembali dukungan mereka terhadap konglomerat tersebut.
GQG Partners, memberi tahu investor bahwa mereka “meninjau detail yang muncul dan menentukan tindakan apa, jika ada, yang tepat untuk portofolio kami”. Perusahaan menggelontorkan US$1,9 miliar ke perusahaan Adani meskipun ada serangan short-seller pada tahun 2023.
GQG Partners juga terpengaruh. Saham perusahaan manajemen investasi yang terdaftar di Sydney, Australia ini, juga kehilangan seperlima nilainya pada hari Kamis.
Dampak ke India
Tuduhan terhadap Adani juga berisiko memperburuk sentimen investor asing dan mengancam akan mempercepat arus keluar dari India. Investor institusional asing menarik jumlah rekor dari bursa lokal pada Oktober, dan November juga terlihat sangat mirip.
“Tuduhan suap AS terhadap Gautam Adani semakin mempersulit kalkulasi bagi investor asing sehubungan dengan India,” ujar kepala strategi pasar di Raymond James, Matt Orton.
“Sementara penurunan 10% pada Nifty memberikan investor titik masuk yang menarik untuk menggunakan modal, tuduhan Adani akan menimbulkan tekanan signifikan terhadap sentimen. Dalam lingkungan di mana AS terus melaju lebih tinggi, mengapa menambahkan risiko utama sekarang di India?,” jelasnya.
Orton menambahkan bahwa ekuitas India tertentu masih tetap menarik. Meskipun sentimen negatif yang lebih luas.
Investor juga khawatir tentang pemberi pinjaman yang terpapar pada Adani Green Energy, perusahaan yang menjadi sorotan. Satu perkiraan oleh analis di Citi menempatkan bank-bank India pada risiko lebih dari US$15 miliar dalam bentuk pinjaman dan pinjaman yang dijaminkan, dengan State Bank of India memiliki sebagian besar utang tersebut.
Di tempat lain, pemberi pinjaman yang berkantor pusat di Singapura, DBS Group sebelumnya telah mengungkapkan hampir US$1 miliar dalam bentuk pinjaman kepada perusahaan Adani lainnya. DBS menolak berkomentar tentang masalah tersebut.
Tetapi bukan hanya investor dan perusahaan keuangan yang merasakan tekanan. Regulator di India juga berada di bawah pengawasan ketat atas hubungan mereka dengan Adani.
Awal tahun ini, ketua regulator pasar saham, Madhabi Buch, dituduh memiliki konflik kepentingan saat menyelidiki perusahaan-perusahaan grup Adani, menurut penjual saham jangka pendek Hindenburg. Sekarang, politisi menyerukan agar dia dipecat.