
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), meresmikan Gedung Transformasi Digital (GTD) di kompleks Sekolah Tinggi Multi Media (STMM), Sleman, Yogyakarta, Jumat (11/10/2024). Gedung ini diresmikan setelah melewati fase pembangunan selama 10 bulan
Kepala Badan Pengembangan SDM (BPSDM) Kominfo RI, Hary Budiarto, menjelaskan bahwa gedung ini dibangun dengan anggaran mencapai Rp 85 miliar. Anggaran tersebut didapatkan dari dua tahun anggaran, yakni 2023 dan 2024.
“Gedung ini menggunakan dua anggaran 2023 dan 2024. Total biayanya mencapai Rp 85 miliar. Luasnya 9.363 meter persegi,” ungkapnya.
Secara desain, GTD memiliki dua bagian, yaitu gedung pertama yang terdiri dari 4 lantai, serta gedung kedua yang terdiri dari 6 lantai. Kedua gedung ini merepresentasikan otak manusia, yang terdiri atas otak kanan dan kiri.
“Jadi kalau Bapak-Ibu melihat gedung yang ada di transformasi digital ini ada bagian dua itu melambangkan otak kiri dan otak kanan. Maka ruangan-ruangan yang di sebelah kiri adalah ruangan untuk perkuliahan yang sangat serius sedangkan yang di kanan adalah ruang-ruang untuk bisa membuat kreatifitas,” tuturnya.
“Jadi perkuliahan tidak harus ada di ruang tetapi perkuliahan bisa dimana saja yaitu bisa di depan gedung yang kami siapkan di belakang, kemudian juga bisa di rooftop untuk kuliah yang agak sore sehingga bisa melihat Gunung Merapi di sana.”
Hary memaparkan bahwa desain gedung ini terinspirasi juga dari sejumlah perguruan tinggi digital di luar negeri seperti di Detroit dan Universitas Nanyang. Namun karena zona GTD berada di wilayah budaya, sehingga ada campuran arsitektur modern dan klasik.
“Jadi harus mengambil desain-desain yang sifatnya klasik padahal kita membutuhkan yang futuristik maka kita gabungkan antara futuristik dengan klasik,” tambah Hary.
Lebih lanjut, pembangunan GTD ini merupakan bentuk perjalanan STMM menuju Politeknik Digital Jogja. Ini adalah salah satu cita-cita besar dari SDMM sesuai dengan memenuhi Peraturan Pemerintah No.57 tahun 2022.
“Politehnik ini akan menawarkan berbagai program studi, antara lain untuk bisa terintegrasi dengan kebutuhan-kebutuhan industri dan kewirausahaan sehingga bisa menyertakan ekonomi-ekonomi digital yang baru,” ungkap Hary lagi.